Di sudut jiwa ku termenung seorang diri, merenung tanpa ada yang tahu dan tak mau tahu apa yang terlampaui. Satu kisah terlewati begitu saja untuk bisa menjadi kenangan, kenangan yang kuanggap sebagai cerminan kehidupan, melainkan orang lain menganggap sebagai kenaifan. Tersingkap sudah satu hakikat, yang kemunafikan menjadi alasan dan juga keegoisan yang ingin selalu menang.
Cinta…..
Ku yakin semua orang ingin merasakan nikmat bercinta, bagaimana untuk bisa dicinta dan dengan apa kita mencinta. Itulah satu kenyataan klasik yang tak lepas dari kata cinta, dan sekarangpun semua orang selalu dan akan tetap senantiasa (sampai jiwa-jiwa mereka terbelenggu dalam pengasingan) meneriakkan istilah cinta.
Aku, inilah aku……
Satu subyek juga sebagai tokoh utama yang mementaskan drama “Cintanya Cinta”, lakon utama yang banyak menguras tenaga untuk bisa memerankan karakter yang dimainkannya, aktor yang juga terlibat dalam kisah cinta di dunia nyata.
Merupakan satu awal yang istimewa untuk bisa memulai lembaran-lembaran cerita cinta dengan beberapa bait kata:
Prasasti cinta terukir indah di sela kehidupan fana
Realita cinta mengantarkan kita pada satu yang berbeda
Rasa…….
Yang takkan hilang begitu saja
Itulah yang mungkin berkecamuk dalam pikiran dan jiwa, ketika menjumpai sebuah Bintang yang bersinar terang diantara sekian banyak bintang yang bertabur di malam kelam.
Satu pertemuan yang sederhana, yang dianggap biasa, terangkai indah oleh benang-benang masa sampai tak terasa waktu telah berganti berubah. Mulailah satu benih tumbuh dalam dalam diri seiring berjalannya waktu yang tergandeng sebuah masa.
Awal yang indah ketika bersua, seperti bayi yang baru terlahir di dunia, namun itu bukanlah penghalang bagiku untuk mengenal serta menyelami kedalaman samudra cinta pada diri dan jiwa sebuah Bintang. Sepintas memang itu yang biasa dilakukan oleh kebanyakan, tapi ada sesuatu yang berbeda ketika rasa berbicara. Batinku berkata, adakah ini satu isyarat cinta? Yang semua orang ingin merasakannya?
Tak seorangpun tahu yang beredar dalam benak masing-masing. Satu sisi menganggap itu adalah kewajaran, di lain pihak satu prasasti baru terukir terpasang.
Itulah Cinta, ketika Rasa merasakannya……
Berjalan berdampingan dengan sebuah Bintang, seolah malam tak berarti, kegelapan tak lagi menakutkan, dan kesunyian tak lagi mencekam. Sinarmu terang terpancar menembus kelamnya malam, kebersamaanmu mendamaikan jiwa mengisi kehampaan dan kekosongan, tak terkecuali senyummu yang selalu menghias luasnya cakrawala dengan pesona keindahan.
Di balik pintu di antara pintu-pintu kehidupan, ku berdiri menanti datangnya sang Bintang. Aku, salah satu anak cucu Adam yang dianugerahi satu peluang untuk bisa merasakan kasih sayang dari diri seorang Bintang. Aku, satu tubuh dari jiwa-jiwa yang membisu dan terbelenggu oleh senyum-senyum palsu serta hidup dalam dunia kelabu. Suatu bentuk yang tampak jelas bertolak belakang dari jiwa sang Bintang yang selalu terang di tiap malam dan senantiasa bersinar di balik awan hitam yang membawa hujan.